Jum’at, 20 September 2024
Pukul 15:30-18:00 WIB
Judul Diskusi: bayang-bayang Sinematik: anjing mengeong, kucing Menggonggong Topik
Nama narasumber
- Eka Kurniawan adalah seorang penulis asal Indonesia. Peraih World Reader’s Award 2016 yang diselenggarakan di Hongkong. Ia menamatkan pendidikan tinggi dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
- Ramayda Akmal menyelesaikan S1 dan S2 di Fakultas Ilmu Budaya, UGM, dan menyelesaikan studi doktoralnya di Universität Hamburg pada 2022. Ramayda Akmal adalah staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Karya-karyanya antara lain, novel Jatisaba (Pemenang unggulan Sayembara Menulis Novel DKJ 2010), antologi cerpen Lengkingan Viola Desingan Peluru (Buku Sastra Terbaik pilihan Balai Bahasa Yogyakarta 2013), novel Tango&Sadimin (Runner up Unnes International Novel Writing Contest 2017), dan yang terbaru, antologi cerpen Aliansi Monyet Putih (2022). Selain fiksi, Ramayda menulis kritik sastra yang telah diterbitkan antara lain Pahlawan dan Pecundang, Militer dalam Novel-Novel Indonesia (Gamapress, 2014 bersama Aprinus Salam), Melawan Takdir, Subjektivitas Pramoedya Ananta Toer dalam Novel Perburuan (Gamapress, 2015), Selintas Naratologi Sastra dan Film Indonesia (sebagai editor, Gambang, 2023). Di tahun ini, akan segera terbit buku teori yang ditulisnya bersama Faruk, berjudul Naratologi: Teori dan Aplikasi.
- Subiyanto beraktifitas di antara Tawangmangu dan Solo. Petani sekaligus pembuat film, sering berada dalam persimpangan Seni, Budaya, Lingkungan dan Sejarah. Film yang pernah dibuat: A Short Story of Raden Saleh Syarif Bustaman (Film Dokumenter, 2012), Diponegoro 1830 (Animasi Pendek, 2019) dan Simpang Masa (Film Fiksi Panjang, 2021) adalah tiga karya yang berhubungan dengan sejarah Jawa abad ke-19. Film lainnya tentang yaitu Sylvia Saartje: Lady Rocker Pertama Indonesia (Dokumenter, 2021), Hula-Keta: Bukan Maluku Tanpa Sagu (Dokumenter pendek: 2023) Tirta Carita (Dokumenter pendek: 2023), RAN, Panglima Rasa (dokumenter pendek: 2023), dll. Bekerja lintas disiplin diantara film, museum, tari, seni rupa, lingkungan, dan lain sebagainya.
Moderator
Panji Sukma
Latar belakang:
Produksi karya, baik film, teater, rupa, tari hingga sastra di Indonesia ini, telah melampaui padanan realitas. Karya-karya inovatif dengan semangat eksperimen individu dan kolektif, berhasil membuka pasar baru untuk dapat diterima dan terakui. Namun, sekadar terakui, selalu tidak cukup. Karya-karya dengan berbagai modus penciptaan, selalu ingin lentur mendapat respons lintas ilmu dan berdampak serta bermanfaat, baik dalam akademis dan kehidupan sehari-hari.
Belum lagi baru-baru ini, muncul wadah bagi (atau semacamnya) penciptaan teks dalam bayang-bayang sinema yang lebih serius. Terobosan-terobosan seperti ini, tentulah telah lama dilakukan dalam gerakan penulis yang melihat masa depan. Namun tak banyak yang mendapat kesempatan berkelanjutan.
Dalam kesempatan obrolan ini, kita juga akan merespons wadah, platform yang tumbuh dan silih berganti, yang, tentu saja berkenaan dengan proses penciptaan.
Kemudian kita juga akan mengarah pada pembicaraan atas label yang melekat pada seorang seniman/penulis memiliki keutuhan dalam berekspresi, bisa mengarahkannya pada kebebasan yang seolah tidak terpaku pada suatu epistemik pengetahuan seni.
Kebebasan dalam berkreasi dan berekspresi justru dapat menjebak seorang untuk mengandalkan daya nalar dan teknik berkarya, tanpa melihat atau menyertakan bahan kajian, riset, mempertimbangkan situasi politik, hingga bahan penelitian kebahasaan dan lainnya. Akhirnya publik kembali termakan wacana “jarak” antara seniman, karya dan masyarakat. Serta pasar, tak terbuka dengan karya.
Atas pertimbangan dan pembacaan sederhana inilah, diskusi ini dihadirkan untuk membahas, (dalam kesempatan ini) buku sastra karya Eka Kurniawan dengan judul “Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong” sebagai pijakan melihat cara kerja penciptaan atas pembacaan yang tepat. Bagaimana dan apa sebenarnya yang mempengaruhi Eka dalam berkarya. Serta apa pula yang menjadi pertimbangannya terkait situasi politik, hot news, dan kepentingan-kepentingan lainnya.