PERS RILIS

Tilikan Fest 2024: Ketika Seni Bekerja

20-22 September 2024 


Surakarta mengidentifikasikan dirinya sebagai kota budaya. Identitas tersebut melekat karena perjalanan historis Surakarta yang merentang panjang. Sejak imperium Mataram berkuasa di abad 16 M, hingga kiwari berada di bawah Republik Indonesia, wacana kebudayaan turut mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring perubahan yang terjadi atas nama Kota Surakarta.

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, kuantitas Surakarta untuk terus memproduksi wacana kebudayaan tidak sebanding dengan pergelaran budaya yang hampir setiap minggu mudah ditemui di setiap sudut kota. Dengan demikian, dimungkinkan akan menimbulkan
asumsi bahwa kebudayaan merupakan hiburan belaka. Padahal, kebudayaan tumbuh dalam setiap sendi kehidupan.

Seni sebagai salah satu produk budaya semestinya dapat dikuliti lebih mendalam guna mendapati sudut pandang bagaimana seni bekerja. Hal-hal yang dekat dengan kehidupan seperti bahasa sehari-hari, coretan tembok di pinggir jalan, atau pergelaran seni seyogianya memiliki maksud dan tujuan yang melekat. Tanpa menanggalkan pengertian umum sebagai pelepas penat, healing, maupun sekadar tontonan, penyediaan ruang liyan untuk mencari lebih lanjut ketermaktuban wacana dalam lapisan seni belum terlambat dilakukan.

Sebagai upaya menelusuri lowongnya ruang tersebut, sejak tahun 2022 Yayasan Teater Tilik Sarira menginisiasi diskusi bulanan bernama Tilikan. Berjalan dengan konsep inklusif dan setara, Tilikan mendudukkan kemunculan wacana dari narasumber—peneliti, seniman, budayawan, penonton, atau masyarakat umum—sebagai sumber pengetahuan yang sama tinggi, sehingga keluasan wacana diharapkan mencerahkan, tidak terhegemoni kuasa maupun kepentingan tertentu.

Seiring berjalannya Tilikan secara rutin, diskusi untuk menggelar event yang berbasis pemunculan dan pemroduksian wacana datang dari pelbagai pihak. Yayasan Teater Tilik Sarira menangkap pantikan itu, yang mengawali ide penyelenggaraan Tilikan Fest 2024. Catatan selama diskusi rutin Tilikan digunakan sebagai acuan gelaran yang memantik pertanyaan: bagaimana seni bekerja? Lalu, pertanyaan tersebut mengerucut menjadi tema Tilikan Fest 2024: Ketika Seni Bekerja.

Tilikan Fest 2024: Ketika Seni Bekerja hadir sebagai refleksi bahwa seni bukanlah hiburan semata. Seni dapat menjadi sumber ilmiah atau sumber pengetahuan dalam menjawab tantangan zaman yang semakin cepat. Sejalan dengan semangat itu, Tilikan Fest berupaya mengadakan rangkaian program guna mendapati peranan teoretis, praktis, maupun diskursus yang eksploratif.

Tilikan, tetap hadir menjadi simbol keberangkatan Tilikan Fest 2024 yang berbasis diskusi. Adapun, pada Tilikan Fest 2024, diskusi rutin Tilikan akan menjadi gelaran yang ke-16, 17, 18, dan 20. Penilik—narasumber—yang akan berbagi pengetahuan di antaranya: Pada Tilikan #16 ialah Eka Kurniawan, Subiyanto, Ramayda Akmal dengan moderator Panji Sukma; Tilikan #17 ialah Eko Supriyanto, Theresia Sitompul, dan Afrizal Malna dengan moderator Polanco S. Achri; Tilikan #18 ialah Seno Gumira Ajidarma dan Alia Swastika dengan moderator Rudi Agus Hartanto; serta Tilikan #19 ialah Fafa Utami, Ichwan Prasetyo, dan Adhimas Immanuel, Gladhys Elliona dengan moderator Jemi Batin Tikal.

Koleb Konek, merupakan expo komunitas berbasis kerja di eks-Karesidenan Surakarta. Pada program ini, komunitas akan berbagi cerita tentang pengalaman mereka dalam mengelola pergerakan. Selain itu, juga akan memasarkan produk yang dihasilkan. Adapun,
komunitas yang terlibat ialah ⁠Pukaps Solo, Laboratorium Lestari, Joli Jolan,⁠ ⁠Kota Kita, ⁠Komune Liberata, ⁠ ⁠⁠0271 Graphic Lab, Soloissolo, ⁠Arturah, Sub Studio, ⁠Tilik Sarira, ⁠Pagar Hijau Manahan, ⁠⁠HH Alternative Space, Flames Society, dan Read Aloud Soloraya.

Iuran Skill, merupakan program yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan dengan mempertemukan praktisi atau ahli dalam bidang lintas disiplin. Adapun pihak yang terlibat dalam iuran skill ialah Ajeg Social (Komunitas Upcycling), Hiraya Lintang (Komunitas Cyanotype), dan Titah AW (penulis). Adanya program ini ialah untuk memungkinkan terjadinya perluasan pengetahuan maupun wacana seni yang berdampak.

Ekstrak File, adalah pameran yang dikerjakan dalam skema arsip sebagai salah satu inisiatif mendistribusikan produk pengetahuan kepada masyarakat. Menilik dari perkembangan seni kontemporer Indonesia tidak lepas dari peristiwa Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia yang juga menandai lahirnya sebuah metode sebagai bidang keilmuan seni baru, yaitu eksperimentasi seni. Maka dalam konten pameran ini ditampilkan persandingan karya arsip dari pribadi maupun kolektif yang diinisiasi Iwan Wijono, Bonyong Munni Ardhi, karya seni performatif dari Kepatihan Artspace Laboratory yang digagas oleh Irul Hidayat dkk, bersanding dengan gerakan serupa yang mereka inisiasi bertajuk Waton Suloyo Seni Experimental dan Rumah Lokananta. Paparan dari generasi terbaru yang terakhir adalah jejak karya
aktivasi peristiwa pameran Ruang Atas yang digerakkan oleh Wahyu Eko Prasetyo. Pameran ini dikuratori oleh Fransisca Retno bersama tim Rifqi Haikal dan Beri Hanna dengan kerjasama Soloissolo, IVAA, Ruang Atas, dan Spys. Pada pameran ini digelar perbincangan pameran arsip dengan Wahyu Eko Prasetyo, Fransisca Retno, dan Choirul Umam.

Panggung Lektur, merupakan konsep pertunjukan yang mempertemukan antara seniman, peneliti, dan pihak lainnya untuk berkolaborasi membawa wacana dengan cara lebih segar serta memungkinkan menyentuh ruang yang sebelumnya terasing. Selama
tiga hari, panggung lektur digelar dengan menampilkan: Prof. Dr. Prabang Setyono, M.Si., C.EIA., IPM x Teater Sandilara dengan judul Impian Putri Cempo pada Jumat, 20 September 2024; Dewi Candraningrum x Retno Sulistyorini dengan judul Perempuan Baru pada Sabtu, 21 September 2024; Down For Life x Pasukan Babi Neraka x M. Safrizal x Aris Setiawan dengan judul Musik dan Pasukan Babi Neraka di Persimpangan pada Minggu, 22 September 2024.

Tilikan Bazaar Buku, merupakan pasar buku yang akan mempertemukan sekaligus memasarkan buku dari penerbit indie yang tersebar di berbagai kota, mulai dari Malang, Ponorogo, Solo, Jogja, dan Jakarta.

Rangkaian program tersebut dapat diakses oleh semua pihak dengan mendatangi Lokananta Bloc, Surakarta. Tilikan Fest: Ketika Seni Bekerja akan diselenggarakan pada 20-22 September 2024. Setiap wacana seni yang dibawa dan dipahami pengunjung terbuka disampaikan, dengan harapan keragaman wacana menjadi semakin heterogen serta mengayakan pengetahuan kebudayaan bagi banyak pihak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *